BALADA RASA
Sebuah naskah drama pendek
Oleh:
Joanna Niedzialek
Julija Vasilenko
Bogumila Jablecka
Tomas Hencel
Diterjemahkan oleh:
Meilinda
Universitas Kristen Petra, 2 April 2012
Daftar Karakter:
BP: Bawang Putih, anak dan saudara tiri dari keluarga Bawang
Merah 22 tahun
Ibu: Ibu kandung dari Bawang Merah, Ibu tiri dari Bawang Putih
37 tahun
Adik/ BM: Bawang Merah, anak dari Ibu. 17 tahun
Wartawan: Wartawan sebuah media yang tertarik dengan kasus Bawang
Putih dan merasakan ada sesuatu yang ganjil dalam kasus ini. 27 tahun
Yui: ikan di akuarium yang berumput dan berhiasan
Daftar babak:
Babak1 : Wawancara antara wartawan dengan BP di penjara
Babak 2: Flash back, Kehidupan BP bersama dengan keluarga tirinya,
baik bagaimana dia diperlakukan seperti seorang pelayan sampai kebiasaan BP untuk
berbicara dengan ikan peliharaannya dan mencium ikan tersebut bila merasa tertekan.
Babak 3: Wawancara dengan wartawan di penjara, penjelasan,
BP menjelaskan bagaimana dia mencintai ikannya. Beberapa hal lagi tentang kehidupannya
dan tentang suatu hari dimana semua berubah; sesuatu telah terjadi.
Babak 4: Flash back, Kehidupan BP memakan kue ulang tahun dan
memakan ikan.
Babak 5: Wawancara di penjara, BP menjelaskan bahwa itu adalah
hari yang paling baik dalam hidupnya lalu dia menyadari kalau ikannya telah hilang.
Babak 6: Keluarga Bawang Merah menertawakan dia – menanyakan
tentang bagaimana rasa ikan yang diamakan. Adegan pembunuhan.
Babak 7: Wawancara di penjara tentang adengan pembunuhan,
apa yang sebenarnya terjadi. Selesai.
Diskusi antara penonton dan pemain.
Babak 1
Wartawan:
Saya mengikuti kasusmu
dari awal dan saya merasa ada bagian- bagian yang tidak terungkap, bagian-
bagian yang hilang.
BP: (menghela
nafas)
Wartawan:
Tapi tujuan saya di
sini adalah untuk membantumu.
BP:
Apakah aku terlihat seperti
seseorang yang memerlukan bantuan? (diucapkan dengan sinis)
Wartawan:
Kurasa, aku mampu membantumu
untuk keluar dari sini.
BP:
(hening) Aku harus mulai dari mana?
Wartawan:
Ceritakan padaku tentang
orang tuamu.
BP:
Waktu aku berumur 5
tahun, Ibuku sakit keras dan kami, aku dan ayahku, tidak dapat menjaganya terus
menerus. Jadi, Ayah memutuskan untuk menggunakan tenaga seorang perawat untuk memastikan
Ibu dilayani dengan baik dan merasa nyaman selalu. Ayahku tidak sembarangan mencari,
dia menseleksi satu demi satu calon perawat ibuku dan akhirnya dia menemukan seorang
perawat yang baru lulus dari Akademi Keperawatan dengan nilai terbaik. Mulailah
kami hidup berempat, Ibu, Ayah, Perawat dan aku.
Wartawan:
Lalu?
BP:
Sayangnya perawat itu
bukan hanya tertarik untuk menjaga Ibuku tapi dia juga tertarik untuk
menghabiskan waktu luangnya bersama Ayahku. Ibuku meninggal. Ayahku memutuskan
untuk menikahi perawat itu dan aku memiliki seorang adik. Tamat.
Wartawan:
Apa penyebab kematian Ibumu?
BP:
Entahlah. Tak ada
seorangpun yang menjelaskannya kepadaku dengan sangat detail, tapi aku selalu
mengingatnya demikian: Ibuku mulai agak sehat dengan adanya perawat itu… tapi…
suatu hari, perawat tersebut masuk ke kamarku dan mengatakan padaku bahwa Ibuku
sudah tidak bersama kami. Lalu, yang kuingat kemudian, Ayah berkata kalau dia
sudah mendapatkan Ibu baru untukku. Dia ingin aku memanggil perawat itu Ibu.
Tak lama kemudian, aku memiliki adik perempuan.
Wartawan:
Aku turut sedih dengan kepergian Ibumu. (hening) Jadi apakah pernah terlintas di
benakmu, ada yang membuat Ibumu meninggal lebih cepat dari seharusnya?
Maksudku, seperti yang kau katakan, Ibumu semakin membaik, tapi mengapa malah
meninggal?
BP:
Aku terlalu kecil saat itu untuk benar- benar
memahami apa yang terjadi, seperti yang kukatakan, aku tidak pernah mendapatkan
penjelasan yang detail. Tapi memang aku sempat
meragukan beberapa hal. Hanya saja, kemudian Ayahku meninggal tak lama setelah
adik perempuanku lahir. Aku tidak pernah punya kesempatan bertanya padanya.
Wartawan:
Lalu apa ang terjadi
setelah ayahmu meninggal?
BP:
Segala sesuatunya
memburuk. Bukan suatu masalah bagiku untuk membantu mereka, aku suka membantu
Ibu dan adikku, jadi jangan salah paham denganku ketika mengatakan hal ini,
hanya saja dari waktu ke waktu aku merasa hanya sebagai pelayan bagi Ibu dan
adikku.
Wartawan:
Lalu kenapa kau tidak
meninggalkan mereka? Keluar dari rumah itu?
BP:
Karena menurut wasiat
Ayahku, aku harus tinggal dengan mereka. Dan sebagai seorang anak, aku hanya
ingin menghormati keinginan Ayahku.
Wartawan:
Tunggu 5x. Ketika aku
membaca kasusmu, aku mengetahui bahwa ada satu warisan yang sangat besar yang
lepas dari tanganmu karena kau masuk penjara, harta kekayaan yang dulunya
didapat oleh Ibu tirimu dari Ayahmu. Dan.. menurut surat wasiat ayahmu…
BP:
Dari mana kau
mendapat berita itu?
Wartawan:
Aku melakukan
penyelidikan akan kasusmu, sudah kubilang tadi bahwa aku sangat tertarik pada
kasus ini. Boleh kulanjutkan?
BP:
mengangguk
Wartawan:
menurut surat wasiat
Ayahmu, semua warisan akan menjadi milik anggota keluarga inti yang tertua,
dalam hal ini kamu, karena kamu lebih tua dari adikmu. Tapi seperti yang
kubilang sebelumnya, karena kamu ada di penjara, maka kamu tidak bisa
mendapatkan harta warisan itu. (Hening)
Aku ingin membantumu,
itu sebabnya aku disini. Aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Mereka…
kupikir mereka tidak mengatakan yang sesungguhnya kepadamu.
Aku ingin membantumu…
tapi kamu perlu menceritakan kepadaku semua tentang hidupmu yang kau ingat.
Semuanya.
BP:
(Menatap mata sang Wartawan dan mulai membuka mulutnya)
BLACK OUT
Babak 2
BP:
Yui, hai kawan, lapar
ya? Apa kabarmu hari ini? Semoga kamu lebih baik daripada aku. Ah, tapi aku tak
mau mengeluh, lebih baik aku hadapi saja dengan tersenyum (bermain- main dengan ikan)
(Masuk Ibu dan Adik, Sang Ibu ingin membentak namun dihentikan oleh
sang adik, lalu adik membisikan sesuatu ke telinga Ibu, mereka saling
berpandangan. Ibu menggelengkan kepalanya)
Adik:
Terserah
(Ibu berjalan perlahan menuju BP, lalu berhenti di belakang kursi yang
diduduki oleh BP)
Ibu:
Mendehem
(Ibu diikuti oleh Adik yang langsung duduk di salah satu kursi di ruang
tamu tersebut, mengambil majalah remaja dan membacanya dengan tidak peduli
terhadap apa yang terjadi. Sementara BP melompat dari kursinya, mengangkat
akuarium dan mengembalikannya di meja telpon. Ibu mengeluarkan sarung tangan
putihnya dengan perlahan dan memeriksa kebersihan sofa.)
Adik:
Kakak, apakah aku
boleh minta secangkir teh manis hangat?
Ibu:
Aku juga tidak keberatan bila diambilkan
segelas teh.
(BP pergi ke dapur)
Adik:
Bu, Ibu lihat tadi
bagaimana anehnya dia ketika berbicara kepada ikannya. Dia sering sekali
berbicara dengan ikan itu, bahkan dia memberi ikan itu nama. Hih, orang aneh. Dia sangat dekat dengan ikan itu,
sambil berbicara segala. Apakah itu ikan mahal ya Bu?
Ibu:
Entah, Ibu tidak
mengerti . Itu adalah hadiah ulang tahun dari Ayahnya, seperti benda- benda
lain, seperti meja ini, sofa ini dan meja telpon tua itu.
Adik:
Sepertinya dia sangat
takut pada Ibu, Apa yang Ibu lakukan kepadanya?
BP masuk sambil membawa teh, Adik mengambil cangkirnya sambil tersenyum
manis kepada BP dan menghirup tehnya , Ibu berusaha mengambil teh tanpa melihat
BP, tapi Ibu berhenti lalu tanpa mencoba tehnya.
Ibu:
Ini tidak dapat
diminum. Kurang hangat. Ambilkan lagi, yang hangat. Aku tidak mau meminum yang
ini.
BP mengambil baki dan pergi ke dapur sebelum masuk ke dapur dia mampir
ke meja telpon dan mencium akuarium lalu pergi ke dapur. Ibu dan Adik tak
sengaja melihat hal itu, dan lalu saling berpandangan.
Adik:
Jadi, bagaimana?
BP masuk ke ruang keluarga dengan membawa teh hangat, tapi dia
menumpahkan teh ke pakaian Ibu.
Ibu:
Dasar anak tak tau diuntung. Kamu pasti
melakukan hal ini dengan sengaja ya? Kamu tidak suka kutegur atas kesalahanmu
kan! Kurang ajar! Dasar anak tidak berguna! Kamu membawa musibah dan malapetaka
ke rumah ini. Kamulah penyebab kematian orang tuamu. Awalnya Ibumu, lalu
ayahmu, semua karena kamu! (BP berlari
menuju akuarium dan memeluk akuarium itu sambil ketakutan) Hei Anak bodoh!
Dengarkan apa yang kukatakan! Perhatikan!
Adik:
Kakak…. Dengarkan dong
kalau Ibu bicara. Nggak sopan lho kalau tidak menghiraukan orang tua ketika
mereka berbicara.
Ibu:
Dasar anak tak tau diuntung, lekas bersihkan
ini.
BP:
Baik Ibu… (berlari menuju dapur untuk mengambil kain
pel)
Ibu:
Anak bodoh. (memandang kearah perginya BP, lalu menatap
ikan) dan ikan bodoh miliknya itu!
Adik:
Makanya….
Ibu:
(marah kepada si BM karena keacuhannya) jangan hanya duduk di sana dan menonton, tapi
lakukan sesuatu.
Adik:
(Menaruh
majalahnya dan melihat si Ibu dengan pandangan penuh perhatian) jadi, bagaimana? Apakah Ibu benar- benar ingin
melakukan hal ini?
(Dengan perlahan mereka berdua melihat ke arah akuarium ikan)
BLACK OUT
Babak 3
Wartawan:
Tunggu 5x. Apa
istimewanya ikan ini?
BP:
Itu adalah hadiah
ulang tahun terakhir dari
Ayahku sebelum dia meninggal. Itu satu- satunya makhluk hidup yang mau
mendengarkanku dan memahamiku dan aku hanya bisa menceritakan apa yang
kurasakan padanya. Kau paham kan? Ikan..
Wartawan:
Ya ampun. Hidupmu
pasti sangat menderita bila kau hanya memiliki satu teman, ikan itu.
BP:
Aku tidak ada waktu
dan kesempatan untuk berkenalan atau berteman dengan orang –orang, aku sangat
sibuk, kegiatanku banyak. Aku harus melakukan banyak sekali pekerjaan rumah.
Wartawan:
Itu bukan hal yang
wajar untuk sebuah keluarga kaya seperti keluargamu. Ibumu kan bisa menggaji
pembantu. Kenapa dia tidak melakukan hal itu? (hening) Setidaknya, bukankah adikmu bisa membantumu? Apakah dia
membantumu?
BP:
Bagaimana bisa aku
meminta adikku membantuku? Dia perlu pergi ke sekolah….
Babak 4
Hiasan balon- balon, meja yang bertaplak meja, kue ulang tahun, akuarium tetap di tempatnya, namun ikannya
sudah tidak ada. Terlihat Ibu dan Adik sibuk menyiapkan diri untuk pesta
kejutan bagi BP. Setelah 10 detik, terdengar suara langkah mendekat. BP pulang
dari belanja di pasar.
Adik: Dia datang!
BP masuk ke ruang keluarga
Adik dan Ibu:
Selamat Ulang tahun!
BP terkejut, dia menjatuhkan semua barang belanjaannya. Lepas dari
terkejutnya dia mencoba memunguti barang belanjaannya.
Ibu:
Ah, jangan kuatir dengan hal
itu, ini kan hari ulang tahunmu. Sayang...
(ke arah Adik) tolong bantu Kakakmu. Ibu
menuntun BP untuk duduk di kursi tamu, sementara Adik dengan sigap membereskan
barang belanjaan yang terjatuh
BP:
Kalian ingat ulang
tahunku...
Adik:
Bagaimana kami bisa lupa? Menyusul Ibu dan BP ke kursi tamu.
Selamat ulang tahun, selamat
ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun! (dinyanyikan oleh Adik diikuti oleh Ibu)
BP:
Ibu, kue ulang tahun ini
sangat cantik. Mestinya Ibu tidak perlu repot – repot begini.
Ibu:
Tunggu dulu, tidak baik bila
langsung makan kue ulang tahun tanpa makan malam.
Ibu bergegas ke dapur. Kedua Kakak
beradik itu saling bercanda. Ibu masuk dengan membawa piring makanan.
Adik:
Selamat ulang tahun ya Kak.
Aku benar- benar ingin Kakak dapat menikmati saat- saat ini.
Ibu:
Oh, maafkan kami, kami kelaparan tadi, sehingga kami makan duluan tadi. Semoga
kau dapat mengerti. Jadi, ya, makanlah. Makanlah dengan cepat, agar kita dapat
memotong kue ulang tahun ini dan menikmatinya!
Setelah mengatakan ini, Ibu tersenyum sangat manis kepada BP, namun
kemudian memandang Adik lalu tersenyum dengan sinis.
Adik:
Enak, Kak? Kakak suka?
BP:
Oh.. iya... ini lezat, lezat
sekali. Sudah lama sekali rasanya makan masakan yang sangat lezat seperti ini.
Terima kasih Ibu, terima kasih Adik. Terima kasih ya...
Ibu:
Oh.. anak malang, kasihannya kamu, Nak.. Ayo habiskan.. ya begitu... Nah, ( Adik menyalakan lilin ulang tahun)
sekarang, mari kita nikmati kue ulang tahunnya. Berdoalah dulu, buatlah
permintaan ulang tahunmu sebelum kau meniup lilin ulang tahunmu.
BP:
Tuhan, terima kasih, aku
hanya berharap agar kami selalu menjadi sebuah keluarga, yang saling mengasihi,
seperti saat ini. Terima kasih Tuhan.
Ibu dan Adik saling bertukar pandangan.
BLACK OUT
Babak 5
Wartawan:
Tunggu 5x .. Apakah ni
berarti bahwa kejadian itu merubah kehidupanmu?
BP:
Kupikir demikian, bahwa ini
adalah tolak balik dalam hidupku. Bahwa kami akan menjadi keluarga layaknya
keluarga normal lainnya.
Wartawan:
Tapi, tidakkah kau
mencurigai bahwa ada yang ganjil?
BP:
Kenapa?
Wartawan:
Sebentar. Coba kau lihat
kembali faktanya. Ibumu secara misterius meninggal meskipun sebelumnya dia
sudah semakin membaik kondisinya; Ayahmu, setelah kematian Ibumu menikahi
seorag perawat yang sangat muda, menarik dan cerdas. Ayahmu meninggal, dan dia
meninggalkan semua harta kekayaannya pada orang yang paling tua dalam keluarga
kalian, antara kalian bertiga, Ibu tirimu, kamu dan adik tirimu. Kamu adalah orang yang paling berhak
mendapatkannya setelah kematian Ibu tirimu. Dan itulah sebabnya semua orang
berfikir bahwa kaulah yang membunuh Ibu tirimu!
BP:
Aku tidak mengerti apa yang
kamu katakan! Apa maksudmu? Aku tidak pernah sekalipun tertarik padasemua harta
kekayaan itu. Aku hanya ingin memiliki keluarga, keluarga.
Wartawan:
Aku paham, aku paham.... (hening) Baiklah. Lalu apa yang terjadi kemudian?
BLACK OUT
BABAK 6
BP:
Ini sangat lezat sekali. BP berdiri
untuk membersihkan
Adik:
O..o.. o.. tidak perlu Kak, biar aku saja, kan hari ini hari spesial Kakak.
Kakak duduk saja ya, biar aku saja yang membereskan ini dan membawanya ke
dapur.
Ibu:
Ya sayang, kau benar sekali biarkan kami yang membawanya ke dapur, kamu
duduk saja di sini. (Ibu dan Adik pergi
ke dapur)
BP:
Menarik nafas lega sambil tersenyum lalu pergi ke
arah akuarium, dia ingin membagikan kebahagiaannya dengan ikan
kesayangannya. Yiue.....mencari
Yiue... mencari dengan lebih serius.
Ibu dan Adik masuk kembali ke ruang keluarga/
tamu, berdiri di samping BP dan memandang BP
Adik:
Jadi, Kakakku sayang, apakah kau
menyukai ikan goreng tadi?
Ibu dan Adik mulai tertawa terkikik
BP:
Wajah BP berubah, dia terkejut
sekali, dia menahan nafasnya. Ohhhhhhhhh..... berbalik
menghadap Ibu dan Adiknya Kenapa? Kenapa kalian? Kenapa tega? Kenapa?! Dengan penuh amarah BP kembali memandang
akuarium kosong itu, mengangkatnya
tinggi dengan posisi ingin melempar. Ibu dan Adik terkejut dan mundur selangkah
kebelakang.
BLACK OUT
Babak 7
Wartawan:
Nah, sekarang.. dapatkah kau
memahami maksudku? Mereka hanya mempermainkanmu selama ini.
BP:
(hening)
Wartawan:
Tidakkah kau mengerti?
BP:
(hening)
Wartawan:
Tidakkah kau dapat melihat
ini semua? Menganalisanya? Mereka hanya menggunakanmu. Mereka memperalatmu.
Mereka tentu sudah merencanakan semua ini. Kamu adalah korban@ Mereka
sebenarnya yang membunuh Ibumu, Ayahmu, hidupmu dan Ikan kesayanganmu itu!
BP:
Cukup! Cukup! Sudah cukup.(silence)
Kedua menjadi terdiam hening menguasai
BP:
Menarik nafas
Wartawan:
Menarik nafas Baiklah. Jadi, katakan
padaku dengan jujur. Apakah kau membunuh Ibu tirimu, Bawang Putih?
BP:
Menatap mata sang Wartawan dengan tajam..Aku tidak pernah berfikir betapa mengerikannya
keserakahan itu.
BLACK OUT
Babak 8
Adik:
dengan kostum yang berbeda, yang
menunjukan bahwa dia seorang jutawan lengkap dengan gelang dan perhiasan
lainnya. Ya, aku sudah dapatkan uangnya. Apa?
Hahaha bukan, bukan hanya uang, semua.. ya.. semuanya. Sudah tidak ada halangan
lagi, Bawang Putih akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama, dan ya, aku
yang akan menguasai semua ini. Aku. Sampai ketemu nanti di pesta.
Menutup telponnya, mendongak ke atas.
Ibu, sudah sejak lama aku
tahu apa yang kau lakukan pada Ibunya si Bawang Putih, aku juga tahu kau telah
membunuh Ayah. Aku menyayangi Ayah, Bu. Tapi kau membunuhnya. Aku tidak
berusaha mengejutkanmu. Aku hanya mengikuti jejak langkahmu.
BLACK OUT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar