Senin, 16 November 2015

Balada Rasa, sebuah drama



BALADA RASA
Sebuah naskah drama pendek

Oleh:
Joanna Niedzialek
Bogumila Jablecka
Tomas Hencel

Diterjemahkan oleh:
Meilinda
Universitas Kristen Petra, 2 April 2012

Daftar Karakter:
BP: Bawang Putih, anak dan saudara tiri dari keluarga Bawang Merah 22 tahun
Ibu: Ibu kandung dari Bawang Merah, Ibu tiri dari Bawang Putih 37 tahun
Adik/ BM: Bawang Merah, anak dari Ibu. 17 tahun
Wartawan: Wartawan sebuah media yang tertarik dengan kasus Bawang Putih dan merasakan ada sesuatu yang ganjil dalam kasus ini. 27 tahun
Yui: ikan di akuarium yang berumput dan berhiasan

Daftar babak:
Babak1 : Wawancara antara wartawan dengan BP di penjara
Babak 2: Flash back, Kehidupan BP bersama dengan keluarga tirinya, baik bagaimana dia diperlakukan seperti seorang pelayan sampai kebiasaan BP untuk berbicara dengan ikan peliharaannya dan mencium ikan tersebut bila merasa tertekan.
Babak 3: Wawancara dengan wartawan di penjara, penjelasan, BP menjelaskan bagaimana dia mencintai ikannya. Beberapa hal lagi tentang kehidupannya dan tentang suatu hari dimana semua berubah; sesuatu telah terjadi.
Babak 4: Flash back, Kehidupan BP memakan kue ulang tahun dan memakan ikan.
Babak 5: Wawancara di penjara, BP menjelaskan bahwa itu adalah hari yang paling baik dalam hidupnya lalu dia menyadari kalau ikannya telah hilang.
Babak 6: Keluarga Bawang Merah menertawakan dia – menanyakan tentang bagaimana rasa ikan yang diamakan.  Adegan pembunuhan.
Babak 7: Wawancara di penjara tentang adengan pembunuhan, apa yang sebenarnya terjadi. Selesai.
Diskusi antara penonton dan pemain.

Babak 1
Wartawan:
Saya mengikuti kasusmu dari awal dan saya merasa ada bagian- bagian yang tidak terungkap, bagian- bagian yang hilang.
BP:  (menghela nafas)
Wartawan:
Tapi tujuan saya di sini adalah untuk membantumu.
BP: 
Apakah aku terlihat seperti seseorang yang memerlukan bantuan?  (diucapkan dengan sinis)
Wartawan:
Kurasa, aku mampu membantumu untuk keluar dari sini.
BP:
(hening) Aku harus mulai dari mana?
Wartawan:
Ceritakan padaku tentang orang tuamu.
BP:  
Waktu aku berumur 5 tahun, Ibuku sakit keras dan kami, aku dan ayahku, tidak dapat menjaganya terus menerus. Jadi, Ayah memutuskan untuk menggunakan tenaga seorang perawat untuk memastikan Ibu dilayani dengan baik dan merasa nyaman selalu. Ayahku tidak sembarangan mencari, dia menseleksi satu demi satu calon perawat ibuku dan akhirnya dia menemukan seorang perawat yang baru lulus dari Akademi Keperawatan dengan nilai terbaik. Mulailah kami hidup berempat, Ibu, Ayah, Perawat dan aku.
Wartawan:
Lalu?
BP:
Sayangnya perawat itu bukan hanya tertarik untuk menjaga Ibuku tapi dia juga tertarik untuk menghabiskan waktu luangnya bersama Ayahku. Ibuku meninggal. Ayahku memutuskan untuk menikahi perawat itu dan aku memiliki seorang adik. Tamat.
Wartawan:
 Apa penyebab kematian Ibumu?
BP:
Entahlah. Tak ada seorangpun yang menjelaskannya kepadaku dengan sangat detail, tapi aku selalu mengingatnya demikian: Ibuku mulai agak sehat dengan adanya perawat itu… tapi… suatu hari, perawat tersebut masuk ke kamarku dan mengatakan padaku bahwa Ibuku sudah tidak bersama kami. Lalu, yang kuingat kemudian, Ayah berkata kalau dia sudah mendapatkan Ibu baru untukku. Dia ingin aku memanggil perawat itu Ibu. Tak lama kemudian, aku memiliki adik perempuan.
Wartawan:
 Aku turut sedih dengan kepergian Ibumu. (hening) Jadi apakah pernah terlintas di benakmu, ada yang membuat Ibumu meninggal lebih cepat dari seharusnya? Maksudku, seperti yang kau katakan, Ibumu semakin membaik, tapi mengapa malah meninggal?
BP:
 Aku terlalu kecil saat itu untuk benar- benar memahami apa yang terjadi, seperti yang kukatakan, aku tidak pernah mendapatkan penjelasan yang detail.  Tapi memang aku sempat meragukan beberapa hal. Hanya saja, kemudian Ayahku meninggal tak lama setelah adik perempuanku lahir. Aku tidak pernah punya kesempatan bertanya padanya.
Wartawan:
Lalu apa ang terjadi setelah ayahmu meninggal?
BP:
Segala sesuatunya memburuk. Bukan suatu masalah bagiku untuk membantu mereka, aku suka membantu Ibu dan adikku, jadi jangan salah paham denganku ketika mengatakan hal ini, hanya saja dari waktu ke waktu aku merasa hanya sebagai pelayan bagi Ibu dan adikku.
Wartawan:
Lalu kenapa kau tidak meninggalkan mereka? Keluar dari rumah itu?
BP:
Karena menurut wasiat Ayahku, aku harus tinggal dengan mereka. Dan sebagai seorang anak, aku hanya ingin menghormati keinginan Ayahku.
Wartawan: 
Tunggu 5x. Ketika aku membaca kasusmu, aku mengetahui bahwa ada satu warisan yang sangat besar yang lepas dari tanganmu karena kau masuk penjara, harta kekayaan yang dulunya didapat oleh Ibu tirimu dari Ayahmu. Dan.. menurut surat wasiat ayahmu…
BP:
Dari mana kau mendapat berita itu?
Wartawan:
Aku melakukan penyelidikan akan kasusmu, sudah kubilang tadi bahwa aku sangat tertarik pada kasus ini. Boleh kulanjutkan?
BP:
 mengangguk
Wartawan: 
menurut surat wasiat Ayahmu, semua warisan akan menjadi milik anggota keluarga inti yang tertua, dalam hal ini kamu, karena kamu lebih tua dari adikmu. Tapi seperti yang kubilang sebelumnya, karena kamu ada di penjara, maka kamu tidak bisa mendapatkan harta warisan itu. (Hening)
Aku ingin membantumu, itu sebabnya aku disini. Aku merasa ada sesuatu yang aneh di sini. Mereka… kupikir mereka tidak mengatakan yang sesungguhnya kepadamu.
Aku ingin membantumu… tapi kamu perlu menceritakan kepadaku semua tentang hidupmu yang kau ingat. Semuanya.
BP:
(Menatap mata sang Wartawan dan mulai membuka mulutnya)
BLACK OUT

Babak 2
BP:
Yui, hai kawan, lapar ya? Apa kabarmu hari ini? Semoga kamu lebih baik daripada aku. Ah, tapi aku tak mau mengeluh, lebih baik aku hadapi saja dengan tersenyum (bermain- main dengan ikan)
(Masuk Ibu dan Adik, Sang Ibu ingin membentak namun dihentikan oleh sang adik, lalu adik membisikan sesuatu ke telinga Ibu, mereka saling berpandangan. Ibu menggelengkan kepalanya)
Adik:
Terserah
(Ibu berjalan perlahan menuju BP, lalu berhenti di belakang kursi yang diduduki oleh BP)
Ibu:
 Mendehem
(Ibu diikuti oleh Adik yang langsung duduk di salah satu kursi di ruang tamu tersebut, mengambil majalah remaja dan membacanya dengan tidak peduli terhadap apa yang terjadi. Sementara BP melompat dari kursinya, mengangkat akuarium dan mengembalikannya di meja telpon. Ibu mengeluarkan sarung tangan putihnya dengan perlahan dan memeriksa kebersihan sofa.)
Adik:
Kakak, apakah aku boleh minta secangkir teh manis hangat?
Ibu:
 Aku juga tidak keberatan bila diambilkan segelas teh.
(BP pergi ke dapur)
Adik:
Bu, Ibu lihat tadi bagaimana anehnya dia ketika berbicara kepada ikannya. Dia sering sekali berbicara dengan ikan itu, bahkan dia memberi ikan itu nama. Hih, orang aneh. Dia sangat dekat dengan ikan itu, sambil berbicara segala. Apakah itu ikan mahal ya Bu?
Ibu:
Entah, Ibu tidak mengerti . Itu adalah hadiah ulang tahun dari Ayahnya, seperti benda- benda lain, seperti meja ini, sofa ini dan meja telpon tua itu.
Adik:
Sepertinya dia sangat takut pada Ibu, Apa yang Ibu lakukan kepadanya?
BP masuk sambil membawa teh, Adik mengambil cangkirnya sambil tersenyum manis kepada BP dan menghirup tehnya , Ibu berusaha mengambil teh tanpa melihat BP, tapi Ibu berhenti lalu tanpa mencoba tehnya.
Ibu:
Ini tidak dapat diminum. Kurang hangat. Ambilkan lagi, yang hangat. Aku tidak mau meminum yang ini.
BP mengambil baki dan pergi ke dapur sebelum masuk ke dapur dia mampir ke meja telpon dan mencium akuarium lalu pergi ke dapur. Ibu dan Adik tak sengaja melihat hal itu, dan lalu saling berpandangan.
Adik:
Jadi, bagaimana?
BP masuk ke ruang keluarga dengan membawa teh hangat, tapi dia menumpahkan teh ke pakaian Ibu.
Ibu:
 Dasar anak tak tau diuntung. Kamu pasti melakukan hal ini dengan sengaja ya? Kamu tidak suka kutegur atas kesalahanmu kan! Kurang ajar! Dasar anak tidak berguna! Kamu membawa musibah dan malapetaka ke rumah ini. Kamulah penyebab kematian orang tuamu. Awalnya Ibumu, lalu ayahmu, semua karena kamu! (BP berlari menuju akuarium dan memeluk akuarium itu sambil ketakutan) Hei Anak bodoh! Dengarkan apa yang kukatakan! Perhatikan!
Adik:
Kakak…. Dengarkan dong kalau Ibu bicara. Nggak sopan lho kalau tidak menghiraukan orang tua ketika mereka berbicara.
Ibu:
 Dasar anak tak tau diuntung, lekas bersihkan ini.
BP:
Baik Ibu… (berlari menuju dapur untuk mengambil kain pel)
Ibu:
Anak bodoh. (memandang kearah perginya BP, lalu menatap ikan) dan ikan bodoh miliknya itu!
Adik:
Makanya….
Ibu:
(marah kepada si BM karena keacuhannya)  jangan hanya duduk di sana dan menonton, tapi lakukan sesuatu.
Adik:
 (Menaruh majalahnya dan melihat si Ibu dengan pandangan penuh perhatian)  jadi, bagaimana? Apakah Ibu benar- benar ingin melakukan hal ini?
(Dengan perlahan mereka berdua melihat ke arah akuarium ikan)
BLACK OUT
Babak 3
Wartawan:
Tunggu 5x. Apa istimewanya ikan ini?
BP:
Itu adalah hadiah ulang tahun terakhir dari Ayahku sebelum dia meninggal. Itu satu- satunya makhluk hidup yang mau mendengarkanku dan memahamiku dan aku hanya bisa menceritakan apa yang kurasakan padanya. Kau paham kan? Ikan..
Wartawan:
Ya ampun. Hidupmu pasti sangat menderita bila kau hanya memiliki satu teman, ikan itu.
BP:
Aku tidak ada waktu dan kesempatan untuk berkenalan atau berteman dengan orang –orang, aku sangat sibuk, kegiatanku banyak. Aku harus melakukan banyak sekali pekerjaan rumah.
Wartawan:
Itu bukan hal yang wajar untuk sebuah keluarga kaya seperti keluargamu. Ibumu kan bisa menggaji pembantu. Kenapa dia tidak melakukan hal itu? (hening) Setidaknya, bukankah adikmu bisa membantumu? Apakah dia membantumu?
  BP:
Bagaimana bisa aku meminta adikku membantuku? Dia perlu pergi ke sekolah….

Babak 4
Hiasan balon- balon, meja yang bertaplak meja, kue ulang tahun,  akuarium tetap di tempatnya, namun ikannya sudah tidak ada. Terlihat Ibu dan Adik sibuk menyiapkan diri untuk pesta kejutan bagi BP. Setelah 10 detik, terdengar suara langkah mendekat. BP pulang dari belanja di pasar.
Adik: Dia datang!
BP masuk ke ruang keluarga
Adik dan Ibu:
Selamat Ulang tahun!
BP terkejut, dia menjatuhkan semua barang belanjaannya. Lepas dari terkejutnya dia mencoba memunguti barang belanjaannya.
Ibu:
Ah, jangan kuatir dengan hal itu, ini kan hari ulang tahunmu. Sayang... (ke arah Adik) tolong bantu Kakakmu.  Ibu menuntun BP untuk duduk di kursi tamu, sementara Adik dengan sigap membereskan barang belanjaan yang terjatuh
BP:
Kalian ingat ulang tahunku...
Adik:
Bagaimana kami bisa lupa? Menyusul Ibu dan BP ke kursi tamu.
Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun! (dinyanyikan oleh Adik diikuti oleh Ibu)
BP:
Ibu, kue ulang tahun ini sangat cantik. Mestinya Ibu tidak perlu repot – repot begini.

Ibu:
Tunggu dulu, tidak baik bila langsung makan kue ulang tahun tanpa makan malam.
Ibu bergegas ke dapur.  Kedua Kakak beradik itu saling bercanda. Ibu masuk dengan membawa piring makanan.
Adik:
Selamat ulang tahun ya Kak. Aku benar- benar ingin Kakak dapat menikmati saat- saat ini.
Ibu:
Oh, maafkan kami, kami kelaparan tadi, sehingga kami makan duluan tadi. Semoga kau dapat mengerti. Jadi, ya, makanlah. Makanlah dengan cepat, agar kita dapat memotong kue ulang tahun ini dan menikmatinya!
Setelah mengatakan ini, Ibu tersenyum sangat manis kepada BP, namun kemudian memandang Adik lalu tersenyum dengan sinis.
Adik:
Enak, Kak? Kakak suka?
 BP:
Oh.. iya... ini lezat, lezat sekali. Sudah lama sekali rasanya makan masakan yang sangat lezat seperti ini. Terima kasih Ibu, terima kasih Adik. Terima kasih ya...
Ibu:
Oh.. anak malang, kasihannya kamu, Nak.. Ayo habiskan.. ya begitu... Nah, ( Adik menyalakan lilin ulang tahun) sekarang, mari kita nikmati kue ulang tahunnya. Berdoalah dulu, buatlah permintaan ulang tahunmu sebelum kau meniup lilin ulang tahunmu.
 BP:
Tuhan, terima kasih, aku hanya berharap agar kami selalu menjadi sebuah keluarga, yang saling mengasihi, seperti saat ini. Terima kasih Tuhan.
Ibu dan Adik saling bertukar pandangan.
BLACK OUT
Babak 5
Wartawan:
Tunggu 5x .. Apakah ni berarti bahwa kejadian itu merubah kehidupanmu?
 BP:
Kupikir demikian, bahwa ini adalah tolak balik dalam hidupku. Bahwa kami akan menjadi keluarga layaknya keluarga normal lainnya.
Wartawan:
Tapi, tidakkah kau mencurigai bahwa ada yang ganjil?
 BP:
Kenapa?
Wartawan:
Sebentar. Coba kau lihat kembali faktanya. Ibumu secara misterius meninggal meskipun sebelumnya dia sudah semakin membaik kondisinya; Ayahmu, setelah kematian Ibumu menikahi seorag perawat yang sangat muda, menarik dan cerdas. Ayahmu meninggal, dan dia meninggalkan semua harta kekayaannya pada orang yang paling tua dalam keluarga kalian, antara kalian bertiga, Ibu tirimu, kamu dan adik tirimu.  Kamu adalah orang yang paling berhak mendapatkannya setelah kematian Ibu tirimu. Dan itulah sebabnya semua orang berfikir bahwa kaulah yang membunuh Ibu tirimu!
 BP:
Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan! Apa maksudmu? Aku tidak pernah sekalipun tertarik padasemua harta kekayaan itu. Aku hanya ingin memiliki keluarga, keluarga.
Wartawan:
Aku paham, aku paham.... (hening) Baiklah. Lalu apa yang terjadi kemudian?
BLACK OUT
BABAK 6
BP:
Ini sangat lezat sekali. BP berdiri untuk membersihkan
Adik:
O..o.. o.. tidak perlu Kak, biar aku saja, kan hari ini hari spesial Kakak. Kakak duduk saja ya, biar aku saja yang membereskan ini dan membawanya ke dapur.
Ibu:
Ya sayang, kau benar sekali biarkan kami yang membawanya ke dapur, kamu duduk saja di sini. (Ibu dan Adik pergi ke dapur)
BP:
Menarik nafas lega sambil tersenyum lalu pergi ke arah akuarium, dia ingin membagikan kebahagiaannya dengan ikan kesayangannya.  Yiue.....mencari Yiue... mencari dengan lebih serius.
Ibu dan Adik masuk kembali ke ruang keluarga/ tamu, berdiri di samping BP dan memandang BP
Adik:
Jadi, Kakakku sayang,  apakah kau menyukai ikan goreng tadi?
Ibu dan Adik mulai tertawa terkikik
BP:
 Wajah BP berubah, dia terkejut sekali, dia menahan nafasnya. Ohhhhhhhhh..... berbalik menghadap Ibu dan Adiknya Kenapa? Kenapa kalian? Kenapa tega? Kenapa?! Dengan penuh amarah BP kembali memandang akuarium  kosong itu, mengangkatnya tinggi dengan posisi ingin melempar. Ibu dan Adik terkejut dan mundur selangkah kebelakang.
BLACK OUT
Babak 7
Wartawan:
Nah, sekarang.. dapatkah kau memahami maksudku? Mereka hanya mempermainkanmu selama ini.

BP:
(hening)
Wartawan:
Tidakkah kau mengerti?
BP:
(hening)
Wartawan:
Tidakkah kau dapat melihat ini semua? Menganalisanya? Mereka hanya menggunakanmu. Mereka memperalatmu. Mereka tentu sudah merencanakan semua ini. Kamu adalah korban@ Mereka sebenarnya yang membunuh Ibumu, Ayahmu, hidupmu dan Ikan kesayanganmu itu!
 BP:
 Cukup! Cukup! Sudah cukup.(silence)
Kedua menjadi terdiam hening menguasai
BP:
Menarik nafas
Wartawan:
Menarik nafas  Baiklah. Jadi, katakan padaku dengan jujur. Apakah kau membunuh Ibu tirimu, Bawang Putih?
 BP:
Menatap mata sang Wartawan dengan tajam..Aku tidak pernah berfikir betapa mengerikannya keserakahan itu.
BLACK OUT

Babak 8
Adik:
 dengan kostum yang berbeda, yang menunjukan bahwa dia seorang jutawan lengkap dengan gelang dan perhiasan lainnya.  Ya, aku sudah dapatkan uangnya. Apa? Hahaha bukan, bukan hanya uang, semua.. ya.. semuanya. Sudah tidak ada halangan lagi, Bawang Putih akan mendekam di penjara untuk waktu yang lama, dan ya, aku yang akan menguasai semua ini. Aku. Sampai ketemu nanti di pesta.
Menutup telponnya, mendongak ke atas.
Ibu, sudah sejak lama aku tahu apa yang kau lakukan pada Ibunya si Bawang Putih, aku juga tahu kau telah membunuh Ayah. Aku menyayangi Ayah, Bu. Tapi kau membunuhnya. Aku tidak berusaha mengejutkanmu. Aku hanya mengikuti jejak langkahmu.
BLACK OUT






Tidak ada komentar:

Posting Komentar